MAKALAH KIMIA FISIK II
DIAGRAM FASE
TERNER
Disusun Oleh
:
Rosalena fransiska (F1C111048)
Novita sari simamora (F1C111049)
UChrowiya (F1C111051)
Carolin ramadany (F1C111050)
Sigit susilo (F1C111047)
Diah tri utami (F1C111052)
Dosen Pengampu : LINCE MUIS,ST.MT.
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Kimia Fisik
tentang “diagram fase terner” dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini didasarkan pada hasil literatur-literatur yang ada baik
dari buku maupun sumber lainnya.
Dengan ini, mahasiswa juga menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil
maupun spiritual.
2. Dosen yang mengajar mata kuliah Kimia Fisik 2
Ibu lince muis, ST,MT
3. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu dalam pengerjaan
makalah dan dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan
hasil yang telah dicari. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun
dalam tata penulisan makalah ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan
dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari makalah serupa di
masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Jambi, 4 juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan
Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Dasar teori
diagram
fase............................................................................
2.2
Cara
pengambaran sistem terner
............................................................
2.3
Cotoh soal..............................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem adalah suatu zat yang dapat diisolasikan dari
zat-zat lain dalam suatu bejana inert, yang menjadi pusat perhatian dalam
mengamati pengaruh perubahan temperature, tekanan serta konsentrasi zat
tersebut.
Sedangkan komponen adalah yang ada dalam sistem,
seperti zat terlarut dan pelarut dalam senyawa biner. Banyaknya komponen dalam
sistem C adalah jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk menentukan
komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Definisi ini mudah diberlakukan
jika spesies yang ada dalam system tidak bereaksi sehingga kita dapat
menghitung banyaknya.Fasa merupakan keadaan materi yang seragam di seluruh
bagiannya, tidak hanya dalam komposisi kimianya tetapi juga dalam keadaan
fisiknya. Contohnya: dalam sistem terdapat fasa padat, fasa cair dan fasa gas.
Banyaknya fasa dalam sistem diberi notasi P. Gas atau campuran gas adalah fasa
tunggal ; Kristal adalah fasa tunggal dan dua cairan yang dapat bercampur
secara total membentuk fasa tunggal. Campuran dua logam adalah sistem duafasa (P=2),
jika logam-logam itu tidak dapat bercampur, tetapi merupakan sistem satu
fasa(P=1), jika logam-logamnya dapat dicampur. Pada perhitungan dalam
keseluruhan termodinamika kimia, J.W Gibbs menarik kesimpulan tentang aturan
fasa yang dikenal dengan Hukum Fasa Gibbs, jumlah terkecil perubahan bebas yang
diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada
kesetimbangan.
Berdasarkan hukum fasa Gibbs,
jumlah terkecil variabel bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu
sistem dengan tepat pada kesetimbangan diungkapkan sebagai :
F =
C – P
+ 2.........................................(1)
dimana,
F = jumlah
derajat kebebasan
C = jumlah
komponen
P = jumlah
fasa
Dalam ungkapan diatas, kesetimbangan dipengaruhi
oleh suhu, tekanan dan komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem
tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai :
F =
3 –
P...................................................(2)
Jika dalam sistem hanya
terdapat satu fasa, maka F = 2, berarti untuk menyatakan keadaan sistem dengan
tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan bila dalam
sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan,maka F = 1, berarti hanya satu
komponen yang harus ditentukan
konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu berdasarkan
diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh karena sistem tiga kompoen pada suhu
dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan paling banyak dua, maka
diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu
segitiga samasisi yang disebut diagram terner.
Jumlah fasa dalam sistem zat
cair tiga kompoen tergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut dan
suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B saling larut
sebagian. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau
memperkecil daya saling larut A dan B.
Pada percobaan ini hanya akan
ditinjau sistem yang memperbesar daya saling larut A dan B. Dalam hal ini A dan
C serta B dan C saling larut sempurna. Kelarutan cairan C dalam berbagai
komposisi campuran A dan B pada suhu tetap dapat digambarkan pada suatu diagram
terner. Prinsip menggambarkan komposisi dalam diagram terner dapat dilihat pada
gambar (1) dan (2) di bawah ini.
Gambar
1. Diagram Terner
Gambar 2.
Diagram Terner
(Tim Dosen Kimia Fisika: 2012)
Titik A, B dan C menyatakan kompoenen murni. Titik-titik pada
sisi AB, BC dan AC menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik didalam
segitiga menyatakan fraksi dari tiga komponen. Titik P menyatakan suatu
campuran dengan fraksi dari A, B dan C masing-masing sebanyak x, y dan z.
Satu fasa membutuhkan dua
derajat kebebasan untuk menggambarkan sistem secara sempurna, dan untuk dua fasa
dalam kesetimbangan, satu derajat kebebasan. Jadi, dapat digambarkan diagram
fasa dalam satu bidang. Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga komponen
adalah dengan mendapatkan suatu kertas grafik segitiga (Dogra, 2009: 473).
Konsentrasi dapat dinyatakan
dalam istilah % berat atau fraksi mol. Bila komposisi masing-masing dinyatakan
dalam persen berat masing-masing komponen, maka perlu diketahui massa jenis
tiap komponen untuk menghitung beratnya masing-masing.
m
= ρ X V............................................(3)
keterangan :
m
= massa
ρ = massa jenis
V = volume
Bila berat masing-masing
komponen sudah dihitung, hitung persen berat masing-masing komponen (fraksi
dari masing-masing komponen). Alas segitiga menggambarkan komposisi campuran
air-kloroform. Oleh karena itu, sistem tiga komponen pada temperatur dan
tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan paling banyak dua, maka
diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam fasa bidang datar berupa suatu
segitiga sama sisi yang disebut diagram Terner (Oktaviana, 2012).
Dengan ini dapat digambarkan diagram fasa yang
menyatakan susunan dua komponen. Diagram ini digambarkan sebagai segitiga sama
sisi. Air dan asam asetat dapat bercampur seluruhnya, demikian juga dengan
kloroform dan asam asetat. Air dan kloroform hanya dapat campur sebagian.
(Atkins, 2006: 218).
Asam asetat , asam etanoat
atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi
rasa aroma dalam makanan. Asam cuka memilih rumus empiris C2H4O2.
Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH,CH3COOH
atau CH3CO2H. Asam asetat merupakan salah satu asam
karboksilat paling sederhana, setelah asam formal.
Asam asetat lebih suka pada
air dibandingkan kepada kloroform oleh karenanya bertambahnya kelarutan
kloroform dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan air dalam kloroform.
Penambahan asam asetat berlebih lebih lanjut akan membawa sistem bergerak
kedaerah satu fase (fase tunggal). Namun demikian, saat komposisi mencapai
titik a3, ternyata masih ada dua lapisan walaupun sedikit
Adanya suatu zat terlarut
mempengaruhi kelarutan zat terlarut lainnya. Efek garam-keluar (setting-out)
adalah berkurangnya kelarutan suatu gas (atau zat bukan-ion lainnya) di dalam
air jika suatu garam ditambahkan. Efek garam ke dalam (setting-in) juga dapat
terjadi, dimana sistem terner lebih pekat (dalam arti mempunyai air lebih
sedikit) dari pada sistem biner. Garam juga dapat mempengaruhi kelarutan
elektrolit lain, seperti amonium klorida, aluminium sulfat dan air.
CONTOH CARA MEMBUAT DIAGRAM TERNER DARI HASIL PERCOBAAN
Asam asetat,kloform dan
aquades
DIAGRAM TERNER
-
Memasukkan dalam labu
erlenmeyer
yang bersih dan kering 1 sampai 9 komposisi.
-
Menitrasi tiap campuran dalam
erlenmeyer 1 sampai 9 dengan aquadest sampai tepat timbul kekeruhan.
-
Mencatat jumlah volume aquades
yang digunakan.
Menentukan rapat massa masing-masing cairan murni asam asetat, kloroform dan aquades
|
kurva Binodalnya
sebagai berikut:
Ketidakteraturan garis dalam
menggambar pada kurva binodal mungkin disebabkan akibat adanya penurunan volume
aquadest digunakan untuk mencapai kekeruhan pada saat menitrasi.
BAB III
3.1 KESIMPULAN
1.
Diagram fasa
sistem terner dapat digambarkan dengan menggunakan segitiga sama sisi dan
campuran kloroform-air dan asam asetat glasial.
2.
Sistem tiga
komponen pada temperatur dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat kebebasan
paling banyak dua, dan diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam fasa
bidang datar berupa suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram Terner
3.2 SARAN
Untuk memahami diagram terner cair – cair
sebaik dilakukan praktikum untuk dapat melatih dalam pembuatan diagram terner
ini
DAFTAR
PUSTAKA
Atkins, P. W. 2006. Kimia Fisika.
Jakarta: Erlangga
Dogra,
S.K. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-PRESS
Oktaviana,
Dian. 2012. Campuran Tiga Komponen (Diagram Biner).
http://www.scrib.com.
Diakses Senin, 28 Mei 2012
Tim
Dosen Kimia Fisika. 2012. Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Fisika.
Jakarta:
TGP Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1.
Diketahui :
=
=
=
=
=
=
Ditanya: ni =.......?
Xi = .......?
Xi = .......?
Diagram terner = .......?
Kurva Binodal = ........?
Jawab:
Rumus umum yang digunakan untuk perhitungan,
sebagai berikut :
ni = ; Xi
Data yang Diperoleh
Labu
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
Asam asetat (A)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
Kloroform (C)
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Aquadest (B)
|
0,5
|
0,7
|
0,9
|
0,95
|
1
|
2,2
|
4,2
|
6,6
|
7,2
|
Labu 1
Fraksi Mol :
Kurvanya :
Labu 2
Fraksi Mol :
Kurvanya :
Labu 3
`
Fraksi Mol :
Kurvanya :
Labu 4
Fraksi Mol :
Kurvanya :
Labu 5
Fraksi Mol :
Kurvanya :
Labu 6
Fraksi Mol :
Kurvanya :
Labu 7
Fraksi Mol :
Kurvanya :
Labu 8
Fraksi Mol :
`
Kurvanya :
Labu 9
Fraksi Mol :
Kurvanya :
KURVA BINODAL
Diagram
untuk semua data (labu 1 – labu 9)
baguus.. :)
BalasHapusgood
BalasHapus