ALDEHID DAN KETON
5.1 PENDAHULUAN
5.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari reaksi kimia
aldehid dan keton.
2. Menggunakan aldehid dan keton
untuk mengidentifikasi senyawa.
5.1.2 Latar Belakang
Di alam ini
terdapat bermacam-macam jenis senyawa di antaranya adalah senyawa-senyawa
karbonil yang terdiri atas senyawa keton dan aldehid. Di mana kedua senyawa
tersebut banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja pada
senyawa aldehid berupa formalin yang sering digunakan dalam pengawaten mayat.
Etanal atau asetaldehida digunakan dalam pembuatan zat pewarna. Sedangkan dalam
senyawa keton misalnya saja aseton yang yang digunakan oleh wanita untuk
membersihkan koteks pada kuku. Dari sini dapat kita ketahui bahwa betapa
pentingnya mempelajari senyawa-senyawa ini.
5.2 DASAR TEORI
Aldehid dan
keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil (C =
O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini dengan R
adalah alkyl atau aril
O
O
║
║
R-C-H
R-C-R
suatu aldehid
suatu keton
(Fessenden dan Fessenden, 1990).
Banyak aldehid
dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya. Umumnya aldehid berbau
merangsang dan keton berbau harum. Misalnya, transinamaldehida adalah komponen
utama minyak kayu manis dan enantiomer–enantiomer karbon yang menimbulkan bau
jintan dan tumbuhan permen (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Sifat fisis
dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon Sp2
yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah
ikatan pi. Ikatan–ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang
dengan sudut ikatan kira-kira 120oC di sekitar karbon Sp2.
Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang
ikatan-ikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron
dalam ikatan sigma dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke
oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang
elektron menyendiri. Semua sifat-sifat struktural ini kedataran, ikatan pi,
polaritas dan adanya elektron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan
gugus karbonil (Fessenden dan Fessenden, 1990).
Aldehid dan
keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul, karena tidak ada gugus
hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi lebih rendah dari alkohol
padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik melalui interaksi antara
polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi dibanding alkana
padanannya (Wilbraham, 1992).
Ciri polar
gugus karbonil memberikan petunjuk untuk mengerti sifat kimia senyawa karbonil.
Atom karbon gugus karbonil adalah ujung positif dipol dan atom oksigen adalah
ujung negatif. Nukleofil mengadisi pada atom karbon karbonil, dan elektrofil
mengadisi pada atom oksigen karbonil (Pine, 1988).
Formaldehida,
suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 % dalam air dinamakan
formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehida
juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang
disebut para formaldehida, juga digunakan sebagai antiseptic dan insektisida
(Petrucci, 1999).
Aldehid dan
keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota
deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton yang bersifat
larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat netral, suku-suku
dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak, tetapi yang
mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan di dalam
industri wangi-wangian (Riawan, 1989).
Aldehid dan
keton bersifat netral. Siku-siku yang rendah larut dalam air dan pelarut
organik. Siku yang lebih dari 4c akan tidak larut dalam air. Aldehid-aldehid
yang rendah seperti formaldehida dan asetaldehida berbau tidak sedap dan
menyengat. Sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam larutan encer baunya
seperti bunga (Riawan, 1989).
5.3 METODOLOGIpraktikum_kimia_organik
5.3.1 Alat Dan Bahan
5.3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer, water bath, tabung
reaksi, tutup tabung reaksi, plat pemanas dan pipet tetes.
Gambar 5.1 Deskripsi Alat





5.3.1.2 Bahan
Bahan yang
digunakan adalah dietil eter, formaldehid, sikloheksanon, NaOH, HCl, Es batu,
KMnO4, larutan iodin dalam KI, larutan amonia 10%, pereaksi fehling
A dan B, Natrium Bisulfit, AgNO3, asam sulfat dan fenilhidrazin 1%.
5.3.2 Prosedur Kerja
5.3.2.1 Uji Fehling
1. Mengisi tiap
tabung reaksi dengan 1 ml reagen Fehling A dan B.
2. Menambahkan
pada tiap tabung reaksi dengan masing masing sampel aldehid dan keton.
3. Memanaskan
selama 5 menit, mengamati perubahan yang terjadi.
4. Mengulangi
percobaan di atas untuk semua sampel aldehid dan keton.
5.3.2.2 Uji Tollens (uji cermin perak)
1. Memasukkan 1
ml AgNO3 5%, 2 tetes larutan NaOH 10% serta amonia encer tetes demi
tetes, aduk hingga tercampur.
2. Menambahkan
dengan 1 ml sampel aldehid ataupun keton, kocok dan mmembiarkan
selama 5 menit.
3. Memanaskan
dalam water bath bersuhu 40oC selama 5 menit, mengamati perubahan
yang terjadi.
4. Mengulangi
percobaan di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.
5.3.2.3 Uji Iodoform
1. Memasukkan 1
ml sampel pada tiap tabung reaksi.
2. Menambahkan
pada tiap tabung 1 ml I2 dalam KI.
3. Menambahkan
NaOH 6 M tetes demi tetes hingga iodine berwarna kuning, mendiamkan.
4. Memanaskan
jika dalam 5 menit tidak terdapat endapan, mengamati perubahan yang terjadi.
5. Mengulangi
percobaan di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.
5.3.2.4 Pembentukan Damar
1. Memasukkan
setiap 1 ml sampel aldehid atau keton ke dalam setiap tabung reaksi.
2. Menambahkan
1 ml NaOH pekat dalam tiap tabung reaksi.
3. Memanaskan
selama 5 menit (sampai terbentuk endapan)
4. Mendinginkan
secepatnya dalam air.
5. Mengamati
warna dan bentuk gumpalan yang terjadi.
6. Mengulangi
prosedur di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.
5.3.2.5 Uji Adisi Natrium Bisulfit
1. Menyiapkan
2 tabung reaksi.
2. Mengisi
tabung reaksi 1 dengan 1 ml Na-bisulfit dan menambahkan dengan 1 ml sampel
aldehid atau keton, mengocok dan mengamati perubahannya.
3. Mengisi
tabung reaksi 2 yang dicelupkan dalam es lalu menambahkan 1 ml Na-bisulfit
jenuh dan menambahkan 1 ml sampel aldehid atau keton, mengocok dan mengamati
perubahannya.
4. Mengulangi
percobaan di atas untuk semua sampel aldehid dan keton.
5.3.2.6 Uji Pembentukan Asam Karboksilat
1. Memasukkan 1
ml KMnO4, 4 tetes larutan asam sulfat pekat dan 1 ml sampel.
2. Memanaskan
dan memperhatikan bau yang timbul.
3. Mengulangi
percobaan di atas untuk semua sampel aldehid dan keton.
5.3.2.7 Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin
1. Memasukkan 1
ml sampel dan 1 ml fenilhidrazin 1% (dalam HCl 5%).
2. Mengamati perubahan
yang terjadi.
3. Mengulangi
prosedur di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.
5.4 HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.4.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel 5.4.1.1 Uji Fehling
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
|
1ml fehling A + 1ml fehling B ke dalam tabung reaksi
Menambahkan masing-masing sampel
1ml fehling A + 1ml fehling B + 1ml dietil eter
Memanaskan selama 5 menit
1ml fehling A + 1ml fehling B + 1ml sikloheksanon
Memanaskan 5 menit
1ml fehling A + 1ml fehling B + 1ml formaldehida
Memanaskan 5 menit
|
Warna biru tua
Terdapat 2 lapisan diatas bening, di bawah biru tua
Warna biru tua
Terdapat 2 lapisan, di atas bening di bawah biru tua
Terdapat 2 lapisan,di atas bening di bawah keruh
Terdapat 3 lapisan, hijau muda, hijau tua, biru tua
Warna menjadi coklat keruh
|
Tabel 5.4.1.2 Uji Tollens
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
|
1ml AgNO3 5% + 2 tetes larutan NaOH 10% +
10 tetes amonia
AgNO3 5% + NaOH 10% + amonia + 1ml dietil
eter
Memanaskan 5 menit
AgNO3 5% + NaOH 10% + amonia + 1ml
sikloheksanon
AgNO3 5% + NaOH 10% + amonia + 1ml
formaldehid
Memanaskan 5 menit
|
Warna abu-abu tua, terdapat endapan
Warna endapan abu-abu
Warna endapan coklat dan di permukaan terdapat
endapan
Terdapat
endapan berwarna abu-abu tua di atas endapan ada larutan yang berwarna bening
|
Tabel 5.4.1.3 Uji Iodoform
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
1ml dietil eter + 1ml I2 dalam KI + 10
tetes NaOH 6M
Memanaskan
1ml sikloheksanon + 1ml I2 dalam KI + 10
tetes NaOH 6M
Memanaskan
1ml formaldehid + 1ml I2 dalam KI + 10
tetes NaOH 6M
Memanaskan
|
Warna larutan kuning susu
Terdapat 2 lapisan di atas kuning di bawah putih
susu
Warna larutan bening
|
Tabel 5.4.1.4 Pembentukan Damar
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
1ml dietil eter + 1ml NaOH pekat
Memanaskan 5 menit lalu mendinginkan
1ml sikloheksanon + 1ml NaOH pekat
Memanaskan 5 menit lalu mendinginkan
1ml formaldehid + 1ml NaOH pekat
Memanaskan 5 menit lalu mendinginkan
|
Terdapat 2 lapisan di atas bening di bawah keruh
Warna menjadi bening
terdapat 2 lapisan di atas bening di bawah kuning
keruh
warna tetap
warna bening
warna tetap
|
Tabel 5.4.1.5 Uji Adisi Natrium
Bisulfit
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
1ml Na bisulfit jenuh + 1ml dietil eter
1ml Na bisulfit jenuh + 1ml dietil
eter (tabung dicelupkan dalam es)
1ml Na bisulfit jenuh + 1ml sikloheksanon
1ml Na bisulfit jenuh + 1ml sikloheksanom (tabung
dicelupkan dalam es)
1ml Na bisulfit jenuh + 1ml formaldehid
1ml Na bisulfit jenuh + 1ml
formaldehid ( tabung dicelupkan dalam es )
|
Warna bening, terdapat 2 lapisan di bawah lebih
kental
Warna bening, terdapat 2 lapisan di atas cairan
lebih sedikit
Terdapat butiran-butiran gel
Dalam gel terdapat lapisan di bawah lebih
kental
Warna jernih
Warna jernih
|
Tabel 5.4.1.6 Reaksi Pembentukan
Asam Karboksilat
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
1ml KmnO4 + 4 tetes asam sulfat pekat +
1ml dietil eter dan memanaskan
1ml KmnO4 + 4 tetes asam sulfat pekat +
1ml sikloheksanon dan memanaskan
1ml KmnO4 + 4 tetes asam sulfat pekat +
1ml formaldehid dan memanaskan
|
Berbau menyengat
Berbau tapi tidak menyengat
Berbau tapi tidak menyengat
|
Tabel 5.4.1.7 Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
1ml dietil eter + 1ml fenilhidrazin
1ml sikloheksanon + 1ml fenilhidrazin
1ml formaldehid + 1ml fenilhidrazin
|
Terdapat 2 lapisan di atas kuning bening di bawah
kuning susu
lapisan di atas kuning di bawah bening
warna kuning susu
|
5.4.2 PEMBAHASAN
5.4.2.1 Uji fehling
Uji
fehling dilakukan untuk mengetahui kekuatan suatu aldehida dan keton
teroksidasi. Larutan fehling terdiri dari fehling A yaitu CuSO4 yang
berwarna biru muda dan fehling B adalah NaOH + Naktartat. Larutan fehling
kemudian ditambahkan dengan sampel formaldehida, aseton dan sikloheksanon
menghasilkan warna biru tua. Hal ini terjadi karena Cu2+ terdapat
dalam ion kompleks. Setelah larutan dipanaskan, pada formaldehid terdapat
endapan coklat dan larutan keruh. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
O
║
║
HCOH + 2Cu2+ + 5OH-
H-COO - + 3 H2O +
Cu2O
. . .(1)


Endapan coklat terjadi kemungkinan
besar karena tabung reaksi yang digunakan kurang bersih. Pada sampel dietil
eter dan sikloheksanon tidak terjadi endapan merah bata. Hal ini karena dietil
eter dan sikloheksanon lebih sulit untuk dioksidasi daripada formaldehid. Jadi
untuk formaldehid menghasilkan reaksi (+) pada uji fehling dan pada sampel
dietil eter dan sikloheksanon nenghasilkan reaksi (-) pada uji fehling.
5.4.2.2 Uji tollens
Percobaan uji tollens atau cermin
perak digunakan untuk dapat atau tidaknya keton dan aldehid dioksidasi menjadi
asam karboksilat. Untuk dietil eter terdapat endapan berwarna abu-abu,
sikloheksanon terdapat warna endapan coklat, dan di permukaan terdapat endapan,
sedangkan pada formaldehid terdapat endapan berwarna abu-abu tua dan di atas
endapan terdapat larutan yang berwarna bening. Hal ini membuktikan bahwa pada
dietil eter dan formaldehid (+) menjadi cermin perak karena terdapat endapan
logam, ini terjadi karena Ag+ yang ada tereduksi dan Ag+
inilah yang bertindak sebagai oksidator. Hal ini menunjukkan bahwa aldehid
lebih mudah teroksidasi daripada keton. Reaksi cermin perak pada formaldehid
dapat ditulis sebagai berikut:
2 AgNO3+2NaOH→Ag2O+H2O+2NaNO3
.
. . . . (2)
Ag2O+4NH3+H2O→2Ag(NH3)2+2OH-
. . . . . (3)
CH2O+2Ag(NH3)2+3OH-→H-C-O-NH4+2Ag↓+3H2ONH3↑
. . . . (4)
║
O
Berarti untuk uji tollens aldehid bereaksi (+) dan keton (-).
5.4.2.3 Uji Iodoform
Uji ini dilakukan untuk mengetahui
bisa atau tidaknya suatu aldehid dan keton untuk diionisasi. Pada tiga sampel
yang ditambahkan pada iodin dan NaOH semuanya tidak membentuk endapan. Pada
sampel dietil eter warna larutan kuning susu, sikloheksanon terdapat 2 lapisan
di atas kuning di bawah putih susu sedangkan pada formaldehid larutan berwarna
bening. Seharusnya pada sikloheksanon dapat membentuk endapan iodoform (CHI3)
dan terbentuk jika asam H alfa mengikat gugus keton metil. Contoh reaksi keton
sebagai berikut:
CH3COOCH3+3I2→CH3COOH- +CH3I
. . . . . (5)
Aseton
Kemungkinan tidak terbentuk endapan
pada sikloheksanon ialah karena pemanasan yang kurang lama atau pengamatan yang
kurang teliti. Kemungkinan lain adalah karena sampel sikloheksanon yang
digunakan terkontaminasi unsur lain atau karena penggunaan tabung reaksi yang
kurang bersih.
5.4.2.4 Pembentukan Damar
Pada percobaan ini sampel
ditambahkan larutan HCL 6 M dan semuanya tidak menghasilkan endapan. Pada
dietil eter terdapat 2 lapisan di atas bening dan di bawah keruh, sikloheksanon
terdapat 2 lapisan di atas bening di bawah kuning keruh dan pada formaldehid
warna bening. Damar atau amorf hanya dapat terjadi bila suatu keton atau
aldehida memiliki hidrogen alfa yang berikatan dengan basa kuat. Reaksi
pembentukan damar adalah sebagai berikut:
O
O
║ NaOH
pekat
║



5.4.2.5 Uji Adisi Natrium Bisulfit
Pada saat 1ml Natrium bisulfit
ditambahkan dengan formaldehid ternyata tidak terjadi reaksi. Berbeda ketika
senyawa natrium bisulfit ditambahkan pada sikloheksanon yang kemudian membentuk
gumpalan putih (gel). Hal ini akibat terjadinya pemutusan ikatan gugus karbonil
pada reaksi adisi.
Pada umumnya keton kurang reaktif
pada nukleofil, kedua gugus ini merapat sehingga keterikatan yang ditimbulkan
pada adisi terhadap aldehid lebih kecil daripada keton.
Reaksi adisi dengan natrium bisulfit
akan menghasilkan senyawa yang berbentuk kristal. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut:
CH3
│
CH3-C-CH3 +
NaHSO3→CH3- C-SO3Na
. . . . . (7)
│
OH
5.4.2.6 Reaksi Pembentukan Asam
Karboksilat
Pada percobaan ini diketahui senyawa
apa saja diantara aldehid dan keton yang dapat dioksidasi dengan menggunakan
KMnO4 encer. Pada uji ini oksidator yang digunakan adalah KmnO4
dengan pemberian suasana asam, yaitu: H2SO4.
5.4.2.7 Reaksi Pembentukan
Fenilhidrazin

O
NH H-
║
║

![]() |
O
NH H-
║
║

5.5 PENUTUP
5.5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
percobaan ini adalah:
1. Pada uji tollens (uji
cermin perak) menghasilkan bahwa pada sampel dietil eter dan formaldehid (+)
menjadi cermin perak dan sikloheksanon (-).
2. Pada uji fehling
formaldehid menghasilkan reaksi (+) dan pada sampel dietil eter dan sikloheksanon
menghasilkan reaksi
(-).
3. Pada uji iodoform seharusnya
sikloheksanon membentuk endapan iodoform,
kemungkinan karena praktikan kurang teliti dan tabung reaksi kurang bersih
sehingga sikloheksanon tidak membentuk endapan.
4. Aldehid memiliki bau yang
merangsang sedangkan keton memiliki bau yang harum.
5. Pada reaksi pembentukan
fenilhidrazin, semua reaksi ini menghasilkan molekul air.
5.5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya
praktikan lebih teliti lagi dalam mengamati perubahan yang terjadi pada sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden, 1990, Kimia
Organik, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden, 1997, Dasar-Dasar
Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Petrucci,R. H, 1999, Kimia Dasar Prinsip dan
Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.
Pine, Stanley. H, 1988, Kimia Organik I,
Penerbit ITB, Bandung.
Riawan, S, 1989, Kimia Organik, Bina Rupa
Aksara, Jakarta.
Wilbraham, A. C. dan Michael S, Matta, 1992, Pengantar
Kimia Organik dan Hayati, ITB, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar